Senin, 06 Januari 2014

Renungan Hati


                Ini hanya sedikit renungan tentang kehidupan menurut saya. Iya, malam ini saya luangkan waktu untuk menuangkan sedikit curahan dan berdialog dengan hati nurani saya tentang hidup. Tentang apa yang saya rasakan, entah kalian merasakan hal yang sama atau tidak. Yang jelas, buatlah hidup kalian ‘lebih hidup’.

Berbicara tentang kehidupan, bisa dikatakan hidup itu seperti buku. Berawal dari lembaran-lembaran kosong yang akan kita tulis dengan tinta kebaikan atau keburukan dan terciptalah buku kehidupan kita. Mampukah kita menjadikan buku itu begitu indah seakan kita ingin terus membacanya dan mengulang kembali kehidupan yang hanya sementara ini atau malah menyesal telah hidup didunia yang singkat ini.

Kadang disaat saya jenuh dengan kehidupan yang begini-gini saja, saya sempat berfikir dan bertanya-tanya “ kenapa sih gue dilahirkan didunia ini, dunia yang hanya sementara. Akan dibawa kemana hidup yang sementara dititipkan Allah ini, dan akan dikenang seperti apa  ‘gue’ nanti? “. Tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu tidak ada tujuannya. Namun saya tahu, bahwa disini saya hidup hanya untuk menunggu kematian saja. Dimana waktu sebelum saya kembali kepada-Nya harus saya manfaatkan dengan sebaik mungkin. Agar setelah saya kembali, saya tidak tersesat. Tapi, akankah kehidupan yang sementara ini saya ukir dengan sebaik mungkin atau malah sebaliknya. Kehidupan yang nantinya akan mengantarkan saya pada kematian yang tenang atau gelisah.

Sudah 18 tahun saya hidup didunia ini. Sudah banyak waktu dan kejadian yang saya lewati. Tetapi, masih belum sempurnakah lembaran-lembaran itu saya isi dengan catatan-catatan indah. Namun masih sajakah saya lalai melakukan keburukan yang membuat orang lain sakit hati atau perbuatan-perbuatan yang dilarang-Nya sekalipun. Menyesal memang, tapi sayangnya waktu itu tidak dapat diputar dan diulang kembali. Ya inilah hidup, semua berjalan begitu cepat.

Dua bulan lagi umur saya akan bertambah. Ya, semakin tua dan dewasa. Bukankah diumur ini saya harus sudah bisa menentukan mana yang baik buat bekal saya nanti diakhirat dan mana yang akan menyesatkan saya nantinya? Tetapi, saya masih saja sering mengabaikan bahkan melarang perintah-Nya. Misalnya disaat hari kelahiran saya nanti. Pasti saya menunggu-nunggu hari dan tanggal itu tiba. Akan dapat kejutan apa saya nanti? Bukankah disetiap umur kita bertambah kita akan semakin dekat dengan kematian? Dan anehnya kebanyakan dari kita disaat umur berkurang kita malah merayakannya dan terlihat happy. Umur berkurang kok happy?

Kemudian, disaat masa-masa remaja seperti ini. Kita tahu bahwa pacaran adalah hal yang tidak diperbolehkan dalam islam. Tetapi kita masih saja melakukannya bukan? Sebenernya, apasih enaknya pacaran itu? Cuma sekeddar buat penyemangat? Apa semangat dari orangtua kita kurang? Atau malah ingin semangat dari yang lebih special? Berarti, orangtua lo kurang special gitu? Hemm… ya namanya juga ‘cinta buta’ begitusih kata orang-orang.

Coba deh bayangkan, pada saat jatuh cinta kemarin, pasti kita lebih seneng mendengarkan suara dia (meski lewat handphone) daripada suara adzan. Disaat orangtua kita meminta tolong untuk dibelikan sesuatu tetapi kita malah sibuk dan asyik sendiri memainkan handphone atau gadget lainnya. Disaat kita lebih sering baca berulang-ulang kali sms dari si dia dibandingkan membaca Al-Quran. Disaat kita sering menunda-nunda shalat hanya untuk tidak ketinggalan jaman atau kudet (kurang apdet) disosial media atau internet. Disaat kita lebih mementingkan kesenangan didunia dibanding kesenangan diakhirat nantinya. Hem, sungguh cara mencintai yang salah! Mungkin bukan cinta yang salah, tapi kita yang telah menjadikan cinta itu seperti berhala dengan lebih mencintai dia dibanding Allah. Saat harapan dan impian kita hancur berantakan. Allah tidak meminta kita untuk memikirkannya hingga penat. Melainkan kita disuruh bersabar, berdoa, dan shalat. Memang terkadang apa yang kita inginkan bukanlah yang kita harapkan. Ikhlaskan apa yang terambil, karna Allah pasti akan menggantikannya dengan yang lebih baik dari yang kita inginkan. Ya, intinya sabar. Bukankah tidak ada yang abadi didunia ini? Ketika bahagia, ingat pasti esok akan luka. Ketika ada pertemuan, maka selalu ada perpisahan. Dan ketika adanya kehidupan, pasti akan ada yang namanya kematian. Make it simple, buat hidup ini sederhana.  

Sekarang saya tahu, bahwa sikap kita salah terlalu memuja-muja selain Allah. Memang penyesalan selalu datang diakhir bukan? ‘life must go on’ iya, hidup ini akan terus berjalan gimana pun ceritanya. Semoga kita mampu belajar dari semua kesalahan-kesalahan dan mulailah sempurnakan sisa lembaran kita dengan baik.

Kita tidak pernah tahu saat kapan dan dimana detik napas kita akan berhenti. Yang jelas, hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan. Jika hidup ini singkat seperti tempat teduh saat hujan, buatlah saat itu menjadi suatu moment yang indah yang akan diingat oleh semua orang. Buatlah diri kita pantas untuk dikenang. Maka disaat itulah kita tahu bakal dikenang seperti apa jika kelak kita wafat.